
Pagi
ini, kau mengahadapkan dirimu kepada penciptaMu, di sepertiga malam
terkahir. Waktu yang biasanya kau gunakan untuk menghamba, berdua
dengan Allah, pemeliharamu satu satunya. Namun, karena safar,
perjalanan, kau urung melakukan itu. Sebuah kecelakaan yang berujung
pada ajal, menjadi sebab kepergianmu, menghadap Ilahi. Kala itu, kau
baru pulang dari Universitas Gajah Mada, menghadiri Wisuda buah hatimu.
Tentunya, ada bahagia yang menyelinap di hati sucimu.
Di
kebutaan pagi ketika Aku tengah menggigil kedinginan lantaran udara,
sehingga urung beranjak dari pembaringan, kau dijemput oleh Izroil.
Sekali lagi, Untuk menghadapkan dirimu, kepada Sang Maha Suci.
Dan
berselang jam setelahnya, sebuah kabar masuk ke ponsel, ketika Aku
masih bersantai leha selepas tilawah, di Rumah Allah. Kabar yang
menyesakkan, mengagetkan, namun harus diterima dengan lapang dada.
Karena itu Fakta, benar adanya. Kabar yang membuatku beristighfar
sejadi-jadinya sembari melantunkan doa, “ Semoga Allah mengampuni semua
dosamu, menerima amal Sholihmu dan menempatkanmu di tempat terindah di
SisiNya. Amiin."
Kabar
itu seperti mimpi, karena begitu cepat terjadi. Bahkan seorang kolega
bertanya heran, “ Benar Gak Mas ? Jangan menyebarkan pesan yang belum
jelas ah!” Aku terdiam. Dan memang bingung mau menjawab apa.
Perasaanku, sama dengan yang ia alami. Hampir tidak percaya. Lalu,
kupencet keypad ponselku, membalas pesan itu, “ Mas, Beginilah Kematian
mengajari Kita. Ia datang dengan tiba-tiba. Tanpa dikira, oleh siapaun.
Ia datang, tak perlu dijemput. Dan pergi, tak usah diantar. Ia datang
dan pergi, sesuai kehendak Allah, sang Maha Menghidupkan dan Maha
Mematikan.”
Kemudian,
satu persatu bayang tegar wajahmu berkelabat dalam fikirku. Dimataku,
Kau adalah wanita tangguh. Jika Allah meridhoi, Aku ingin mempersunting
wanita yang setangguh dirimu, atau lebih tangguh Lagi. Walaupun,
kusadari, Layakkah aku mempersunting wanita yang setangguh dirimu? Ah,
semoga saja Allah melayakkanku, Amiin.
Medio
2008, dalam suatu acara Penggalangan Dana untuk saudara semuslim di
Palestina. Itu adalah pertama kalinya Kita berjumpai. Tapi, aku seperti
pernah bertemu denganmu sebelumnya. Tepatnya dimana, Aku tidak tahu.
Belakangan, kuketahui rasa itu bernama, TA’LIFUL QULUB. Bersatunya Hati
karena kesamaan Aqidah.
Kau
bagai Singa kala itu. Semangatmu mebakar jiwa yang kerontang karena
kesibukan. Tilawah pas-pasaan, tahajud hampir tidak terjamah, hanya
jama’ah di masjid. Itupun kualitasnya sangat rendah. Berangkat
Belakangan, Pulang duluan. Padahal Nabi bersabda, “ Yang terbaik
dinatara kamu adalah Yang PALING awal mendatangi Masjid dan PALING
AKHIR meninggalkannya.” Tapi aku, kebalikan dari itu. Astaghfuirullahal ‘Adhiim.
Dengan suara yang lembut namun perkasa, kau sampaikan kepada kami, “ Saudara-saudara kita di Palestina,” Suaranya benar-benar Perkasa, meruntuhkan tebalnya kabut dosa di hatiku.” Masih sempat melaksanakan Qiyamullail dan Hafalan Qur’an” Aku mulai tersentak, nampaknya Kau akan menyindirku.
“ Padahal di kanan, Kiri, depan dan belakang Mereka adalah BOM, Ranjau
yang sengaja di pasang oleh Zionis laknatullah dan siap meledak
kapanpun” Benar kan kataku. Ia menyindirku, telak. Aku tak
berkutik. Seperti mati langkah. Aku hanya pasrah dan membiarkan mataku
mengalirkan airnya, membasahi pipiku yang lama tak menangis karena
takut kepada Allah. Allahu Akbar Walillahil Hamd. “ Sementara Kita,
yang nyaman, enak, damai dan tidak dilanda konflik bersenjata, dengan
tanpa merasa bersalah meningalkan TAHAJUD, melupakan hafalan Qur’an
dengan dalih yang remeh temeh, Sibuk Bekerja.” Lanjutnya berapi-api. “Ya Allah , Ampuni kelalaian kami selama ini.” Doaku kala itu.
Setelah
itu, aku melihatmu dengan gigih berdakwah, menghadiri setiap kajian
terkait Palestina dan Timur Tengah. Bahkan, aku dibakar cemburu, ketika
kulihat engkau berada di tengah Pejuang Palestina. Ketika Kau berfoto
bersama Ustadz Ismail Haniya. Perdana Menteri Palestina dari HAMAS,
Harokatul Muqowwamah Al Islamiyah. “ Barokallahu fiik Bu, semoga Allah senantiasa menjagamu dan memanjangkan langkah Dakwahmu.” Bisikku iri, ketika melihat gambar itu.
Kemudian,
terakhir kali bertemu denganmu, akhir April 2011. Kau bersinergi
bersama mentari membakar diriku. Mentari membakar kulit dan fisik,
sementara Engkau membakar semangatku yang mulai lumpuh, dengan
taujihmu. Luar Biasa !!! Suaramu masih sama. Lembut namun perkasa. Kau
berhasil melelehkan air mataku, di waktu bersamaan, kau membuat jiwaku
bergelora, semangat meluap berlipat-lipat. Allahu Akbar walillahil hamd
!!! peristiwa ini, kucatat sebagai momen perpisahan kita di sini.
Semoga Allah berkenan Menjumpakan kita di tempat yang lebih baik
disisiNya.Amiin.
Pada kesempatan lain, dalam taujihmu , Kau pernah berkata, “ Dan Kita akan bersama sama Sholat berjama’ah di masjidil Aqsho. Allahu Akbar walillahil Hamd.” Kamipun menyambut kalimat itu dengan takbir serupa, dengan semangat dan visi yang sama , PALESTINA MERDEKA.
Dan kini, Kau lebih dulu menghadapkan diri kepada Sang Pencipta.
Nampakanya, karena hal itu, Kau tidak bisa berjama’ah bersamaku di Al
Aqsho di dunia ini.
Baiklah
Bu, nampaknya tak kan pernah usai jika kutuliskan semua rasaku. Aku
telah menganggapmu sebagai Ibuku, Ibu seaqidah. Walaupun tidak pernah
bersua secara khusus. Pun, Aku tak pernah berbicara denganmu secara
langsung. Tapi, Aku akan berusaha, akan kulanjutkan semangatmu dalam
berjuang. Semoga aku bisa menyusulmu ke Palestina, Jika Allah
menghendaki.
Selamat
Jalan Bu, Aku bersaksi bahwa kau adalah orang baik. Dan aku yakin,
bahwa Allah Maha Menepati Janji. Semoga Kau lebih baik dari yang Aku
kira.
Jasadmu
telah pergi. Tidak mungkin kujumpai lagi. Hanya foto-foto perjuangan
yang kusimpan, sebagai kenang-kenangan. Kelak, akan kuberitahu
anak-anakkau tentang dirimu, bahwa Kau adalah MUJAHIDAH TANGGUH ZAMAN INI.
Namun, benih Semangat , benih Perjuangan yang telah kau tanam, pasti
akan bersemi,dan kelak berbuah. Beriring dengan kepergianmu, menemui
Robb Kita. Semoga Allah Memberi Khusnul Khotimah kepadamu, juga kepada
kami semuanya.
Selamat
Jalan Bu, baik – baik di sana ya. Kami akan terus berjuang, semampu
kami, hingga Islam benar benar Berjaya. Allahu Akbar walillahil Hamd !!!
Tak terasa, ada bulir yang mengalir lembut.
Sabtu Pagi, 18 Jumadil Tsani 1432 H / 21 Mei 2011 M.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar