
“ Ngakunya PKS tapi buka video xx!”
“ Dasar mau aja dibodohin sama petinggi-petingginya. Gini nih kalau udah taqlid buta!”
“ Enak banget ya jadi orang PKS boleh punya istri banyak…hohoho…”
Komen-komen
di beberapa account facebook itu terasa begitu kasar dan tidak enak
dibaca. Darahku terasa mendidih sampai ke ubun-ubun. Gigiku merapat
gemas. Ingin rasanya aku membalas cacian-cacian mereka dengan yang
lebih keras dan lebih kasar lagi. Tapi kalau kulakukan, apa bedanya aku
dengan mereka? Kubuka website yang memuat komentar-komentar tentang PKS.
“ Apa bedanya PKS dengan partai yang lain??”
“ PKS = Partai Koruptor Sejati “
“ PKS = Partai Selang**ngan Sejahtera “
“ Politik itu kotor maka PKS juga kotor!”
Aku
tak mau melanjutkan membaca komen-komen itu. Sungguh menyakitkan bila
kau mengetahui kebenaran tapi kebenaran itu dikoyak-koyak di depanmu.
Tak sanggup aku untuk membaca komen-komen yang selalu bernada negatif
terhadap PKS. Seolah mereka adalah hakim yang sedang mengeksekusi
terdakwa. Seolah mereka adalah Malaikat yang tidak pernah melakukan
kesalahn. Seolah tiada lagi kata maaf yang ada di dalm hati mereka.
“ Ente masih PKS ya? Kasian banget sih ente…”
“ Ane jadi pengamat aja dah…gak tertarik lagi ane gabung sama partai yang udah melenceng,”
“ Ane keluar dari PKS akh…karena PKS sudah tidak sesuai dengan misi yang diembannya?
“ Antum di bawah disuruh bekerja tapi yang di atas malah memperkaya diri!”
Kali
lain aku menemui teman-teman yang bernada miring saat mereka melihatku
mengenakan pin PKS, saat aku ikut aksi bersama PKS, atau pada saat aku
mengirimi mereka berita tentang PKS. Mereka mengasihani diriku yang
masih bertahan, mengasihani diriku yang dianggapnya dibodohi oleh para
pimpinanku sendiri. Mereka mencoba untuk memberikan hal-hal yang
menurut mereka adalah fakta tentang keburukan-keburukan PKS.
“ Nih faktanya!” seorang teman menyodori selembar artikel tentang PKS. Selembar artikel yang di dapatnya dari media nasional.
Aku
tertegun saat membacanya. Ustadzku memperkaya dirinya sendiri? Bahkan
untuk urusan hafalan Al-Qur’an dan hadits serta mentafsirkan suatu ayat
mereka lebih fasih daripada aku dan temanku ini. Dalam hal beramal
mungkin ustadzku lebih banyak ketimbang aku dan temanku. Untuk urusan
ibadah mungkin mereka lebih hebat dari aku dan temanku.
Jadi,
salahkah aku yang masih percaya terhadap pemimpin-pemimpinku yang masih
menegakkan sholat? Salahkah aku yang masih percaya dengan
pemimpin-pemimpinku yang masih senang membaca dan menghafal Al-Qur’an?
Salahkah aku yang masih percaya dengan pemimpin-pemimpinku yang selalu
mengalirkan airmata saat sholat malam mereka? Salahkah…????
“
PKS bukanlah malaikat, tidak bisa mengharapkan PKS untuk sempurna,
karena kesempurnaan itu hanya milik Allah semata. Tetap rapatkan
barisan!”
“ Sabar ya Ustadz Arifinto, kebenaran akan terkuak dan kebatilan akan terbongkar,”
“ Aku akan terus bersama PKS sampai ku tak bisa berbuat apa-apa lagi,”
“ Tetaplah bersabar wahai ikhwah. Biarkanlah mereka mencaci maki kita. Kita buktikan dengan kerja nyata kita,”
Terasa
begitu damai hatiku membaca kalimat demi kalimat itu. Betapa orang yang
menulis komen-komen itu bukanlah orang-orang yang berpikiran buruk.
Orang-orang yang selalu mengedepankan husnudzon kepada para
pemimpin-pemimpin mereka. Karena bagi mereka selama masih bisa bekerja
nyata tak perlu menanggapi komentar-komentar negatif yang hanya bisa
membuang energi.
“ Yass, jangan lupa besok datang rapat tim media ya!”
Itu
adalah Mbak Ningsih. Seorang Ummahat yang begitu aktif di PKS mengurusi
media. Dia yang mempunyai dua orang anak yang masih kecil-kecil tapi
begitu gesitnya bergerak. Berjalan jauh dari rumahnya hanya untuk rapat
yang dibayar pun tidak. Justru mungkin banyak uang yang keluar dari
kantongnya. Apakah ini yang disebut orang yang melenceng? Apakah ini
kader bayaran, yang hanya mau bekerja jika dibayar?
Kadang
aku pun begitu terenyuh melihat para kader-kader yang begitu tawadhu.
Dalam beberap kali kesempatan kulihat beberapa ummahat dengan pakaian
sederhana dan jilbab yang biasa saja begitu semangatnya berjalan dalam
aksi dunia Islam. Kulihat lagi seorang ikhwan yang tampil apa adanya
sambil membimbing beberapa simpatisan dalam acara milad PKS kemarin.
Lalu kulihat tim fotografer dengan lensa-lensa panjang mereka yang
sibuk membidik moment-moment penting dalam acara-acara yang diadakan
PKS. Dalam account facebook banyak teman yang meng-upload foto-foto dan
berita tentang PKS. Apakah mereka semua dibayar? Bagi mereka kenikmatan
berjama’ah lebih dari sekedar bayaran. Begitu terenyuh aku melihat
orang-orang seperti mereka.
Di dalam sebuah rapat persiapan milad PKS ke 13 kemarin banyak teman-teman yang berlomba-lomba dalam kebaikan.
“ Kita harus memberikan pelayanan terbaik kepada para simpatisan. Untuk itu kita berikan mereka yang terbaik,”
“ Ane mungkin tidak bisa memberikan banyak, ane menyumbang air mineral saja lima dus,”
“ Ane menyumbang konsumsi nasi bungkus 50 bungkus ya!”
“ Ane tambahkan dana untuk menyewa bis AC,”
Siapa
yang tidak meleleh melihat peristiwa ini. Dan sebagai catatan
kebanyakan dari mereka bukanlah orang-orang yang bekerja dengan gaji
tinggi, tetapi mungkin dengan gaji yang pas-pasan. Tetapi bagi mereka
beramal tidaklah memandang gaji. Merekakah kader bayaran? Masih
pantaskan mereka dissebut kader bayaran?
Dan
pun saat caci maki dari seorang yang keluar dari barisan kami mendera
pemimpin-pemimpin kami, menuduh mereka korupsi, menuduh mereka berzina,
menuduh mereka dengan segala hal yang tak pantas diucapkan seorang
ustadz, tak ada satu pun cacian balik yang keluar dari
pemimpin-pemimpin kami. Sebaliknya, mereka menyuruh kami untuk tidak
membalas apapun yang dikatakan orang itu. Bagi mereka masih banyak
urusan ummat yang harus dikerjakan ketimbang menanggapi berita-berita
yang mengikis keikhlasan itu. Inikah, pemimpin yang mereka bilang
membodohi kami??
Aku
pun hanya bisa tersenyum lebar saat aku hadir di GBK menghadiri Milad
PKS ke 13. Sungguh aku semakin yakin dengan barisan ini. Di saat banyak
fitnah dan cercaan melanda, justru GB tak sanggup menampung jumlah
pejuang di barisan ini. Air mata kebahagian dan haru terasa berdesakan
memilhat moment berharga ini. Sungguh bahwa Allah akan selalu bersama
dengan hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya. Sabar ya ustadz,
sabar ya saudara-saudaraku….usahlah fitnah itu ditanggapi karena
sesungguhnya Allah tidak pernah tertidur. Tugas kita hanya bekerja,
mengajak orang sebanyak-banyaknya masuk ke surga. Kita rapatkan barisan
kita untuk dakwah. Bening kaca menghangat di pipiku.
“ Buka mata lo…Lo tuh dibutain sama dunia?? Liat tuh pemimpin-pemimpin lo!!”
Satu
komentar miring lagi. Tak perlu waktu lama bagiku mencari tulisan
“blokir orang ini”. Klik…selamat tinggal wahai kau yang menggerus
keikhlasanku!
“…karena
sebagaimanapun kita berusaha membenarkan fikrohnya, hatinya sudah
terkunci. ibarat ilmu itu air, dan otak kita adalah wadahnya. ketika
dia tidak mengosongkan wadahnya, maka kita tidak akan bisa menuangkan
air kedalamnya kecuali akan tumpah..”
Dan ini dari seorang kader PKS***(yas)
Jakarta, April 18, 2011
@my office 14.34 pm
Semoga kita selalu ikhlas..
Met Milad PKS!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar